Minggu, 22 Mei 2011

“Oik, I Love You” (part 2)

***
Oik hanya menatap sendu bundanya itu, ada rasa kasihan sama bundanya. Ya, memang semenjak ayah tiada, bundanya lah yang menggantikan posisi ayah untuk menghidupinya.
Setelah Oik menghabiskan sarapannya, ia bergegas keluar menuju tokonya. Toko bunganya memang berada di samping rumahnya, jadi Oik hanya perlu berjalan kaki saja. Ohiya, nama toko bunga Oik adalah “Flowerist Ramadlani’s”. terlihat toko bunganya itu sudah didatengin oleh beberapa pelanggannya yang biasa membeli buang-buangnya itu.

“Oik, sini sebenrar nak!?” panggil bunda dari arah dalam toko. Oik langsung menghampiri bundanya yang sedang melayani pelanggan.
“Iya, bun.. ada apa?” Tanya Oik
“Oh, ini tolong kamu antarkan sebuah buket mawar ke alamat ini. Pilihkan mawarnya yang segar ya, nak?” jawab bunda menyerahkan selember kertas yang berisi alamat. Oik menerima kertas itu dan melihatnya sekilas, lalu mengangguk paham.
“Siip, bunda..”

Sementara itu, ada seorang ibu yang memerhatikan Oik. Ya, sebagian pelanggan di toko bunga itu memang ibu-ibu. Entah kenapa, ibu-ibu itu senang melihat kecantikan dan tingkah laku Oik.

“Bu, itu anak gadis ibu ya?” Tanya ibu pelanggan itu
“Oh iya, bu.. dia anak saya satu-satunya” jawab bunda ramah
“Namanya siapa, bu? Wah, anak ibu cantik ya? Manis lagi dan keliatan sangat berbakti” kata ibu itu sambil memuji
Bunda hanya tersenyum bangga, “Namanya Oik, ya begitulah bu saya juga sangat beruntung mempunyai anak seperti Oik”

Terlihat Oik sedang memillih-milih mawar merah yang segar dan bagus. Setelah di dapatkannya, Oik langsung mengikatnya menjadi buket mawar yang indah.

“Nah, selesai” ucapnya tersenyum senang

Oik langsung bergegas mengantarkan pesanan itu dengan sepeda kesayangannya. Tak lupa juga, Oik berpamitan kepada bundanya.

“Bunda, Oik nganter pesanan bunga ini dulu ya?” pamit Oik yang udah nangkring di sepedanya
“Iya, nak. Hati-hati di jalan ya?” pesan bunda. Oik hanya mengangguk dan melambaikan tangannya.

Selama di perjalanan, Oik mengayuh sepedanya sambil mendengarkan sebuah lagu dari ponselnya. Dan bernyanyi dengan ceria mengikuti alunan lagu yang sedang di putarnya.
Tak sampai 15 menit, Oik sampai juga di alamat rumah yang tertera di kertas itu.
‘mungkin benar ini rumahnya’ ucapnya dalam hati. Tangannya meraih buket mawar dari keranjang sepedanya. Lalu turun dan berjalan mendekati pagar, tangannya terulur memencet bel.

Ting nong…. Ting nong… (suara bel ceritanya XD)
Tak lama keluarlah seorang perempuan cantik yang sebaya dengannya. Perempuan itu berjalan dan membukakan pagar rumahnya.

“Kamu yang dari toko bunga “Flowerist Ramadlani’s” ya? Mengantarkan pesanan bungaku?” Tanya perempuan itu sambil tersenyum ramah ke Oik
“Iya, oh iya ini pesanan mawarnya” Oik menyerahkan buket mawar itu. Perempuan itu menerimanya lalu meyerahkan uang ke Oik.
“Terima kasih sudah memesan bunga di tokoku” ucap Oik
“Ya, sama-sama. Ohya, kenalin namaku Shilla” kata perempuan yang bernama Shilla sambil mengulurkan tangannya.
“Ehmm.. namaku Oik, senang berkenalan denganmu” Oik menyambut tangan itu sambil tersenyum.
“Wah, pasti mawar-mawar ini pilihanmu ya? Sangat segar dan bagus, aku suka bunga mawar ini” puji Shilla lalu mencium aroma mawar merah itu.
“Ya, aku yang memilihkannya. Baguslah kalo kamu suka dengan bunga-bungaku” kata Oik
“Terima kasih ya, Oik. Pasti lainkali aku akan membeli bunga di tokomu lagi”
“Iya, umm.. kalo gitu aku pulang dulu ya, Shill… sampai jumpa lagi” pamit Oik kemudian pergi mengayuh sepedanya.

Setelah Oik pergi, ternyata Shilla juga pergi ke suatu tempat sambil membawa buket mawar itu.

Diperjalanan pulang, Oik kembali menyanyi lagi sambil mengayuh sepedanya. Tiba-tiba di persimpangan jalan, ia melihat seorang laki-laki yang sedang menginjak-injak bunga yang di berikan oleh seorang perempuan di depannya.
Lalu, perempuan itu pergi dari sana dengan wajah yang agak sedih. Hey..tunggu sepertinya Oik mengenalnya.

“Loh, dia itu kan? Shilla?” Oik tersontak kaget, ia lalu turun dari sepedanya dan menghampiri laki-laki itu.

“Hey!! Kau…” Oik menepuk pundaknya laki-laki itu. Refleks, laki-laki itu menoleh kea rah Oik. Oik terdiam sesaat melihat wajah laki-laki itu, Begitu tampan ya mungkin kata-kata itu yang berada di kepala Oik.
“Ada apa? Hey.. hey.. malah melamun” laki-laki itu mengibaskan tangannya di depan wajah Oik. Oik pun menggelengkan kepalnya dan tersadar.
“eh..eh.. maaf”
“Tadi kau kenapa menepuk pundakku?” tanyanya binggung
“ya, ohiya kenapa kamu menginjak bunga yang di berikan oleh gadis tadi??! Kamu tak bisa ya menghargai pemberian orang? Kasian gadis tadi” omel Oik
“haa? Apa urusanmu? Eh, suka-suka saya dong mau ngapain aja” balas laki-laki itu cuek.
“ya, setidaknya kau menghargainya! Eh, kenapa malah kau menginjak-injaknya? Kau kira merawat bunga-bunga itu gampang? Kau kan bisa memajangnya di rumahmu!” ucap Oik panjang lebar, samudera aja kalah lebarnya (plakk! Maap, author lagi mamblang xp)
“Apa pentingnya bunga itu? Pake kau segala menyuruhku memajangnya di rumahku?! Aku malah muak melihatnya!”
“hah? Muak? Asal kau tau bunga itu indah di pandang! Kau ini aneh sekali!”
“Terserah diriku mau muak atau tidak dengan bunga!” laki-laki itu yang kemudian pergi begitu saja dengan mobilnya.
“Aishh, cowok itu sama sekali tidak menghargai perasaannya Shilla! Dasarr..” gumam Oik kesal.
Saat kembali menaikki sepsedanya, tak sengaja Oik melihat sebuah dompet yang jatuh di aspal. ‘Dompet siapa itu’ batin Oik heran, tangannya mengambil dompet itu dan memeriksanya, siapa tau ada tanda pengenalnya.
“Loh, bukannya ini cowok tadi? Aku harus segera mengembalikannya, tapi dia udah pergi jauh” gumam Oik sambil melihat sebuah foto yang ada di dalam dompet itu.
“Mmm.. nah ini dia” Oik langsung mengambil tanda pengenalnya dan membacanya.
“Ohh..jadi cowok tadi itu namanya……..”


------bersambung-------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar