Kamis, 05 Mei 2011

“Oik, I Love You” (part 1)



***

Matahari pagi baru saja memancarkan sinarnya yang terang. Membangun seorang gadis cantik dari tidur lelapnya tadi malam. Ya, gadis itu bernama Oik Cahya Ramadlani, gadis dari seorang anak penjual took bunga kecil. Kini, Oik hanya hidup bersama bundanya tercinta. Ayahnya sudah tiada, meninggal karena kecelakaan 1 tahun yang lalu. Walau Oik dan bundanya hanya tinggal di rumah yang sederhana, tetapi mereka bahagia.

Oik beranjak dari tempat tidurnya, dan melangkah kearah jendela kamarnya. Ia mengehentakan kedua tangannya keatas, sambil menghirup udara segar pagi itu.

“pagi ini, pagi yang sangat ceraahhh…! Hmm.. selamat pagi bunga-bungaku?!” ucap Oik tersenyum sambil memandangi pot bunga-bunganya yang tersusun rapi di dekat jendela kamarnya itu. Yapp, Oik sangat senang dengan bunga.
Saking asyiknya memandangi bunga-bunganya itu, tiba-tiba bundanya mengetuk pintu kamarnya.

“oik… oik… ayo bangun, nak!? Sudah pagi..!”panggil bunda lembut

Oik pun tersontak tersadar dari lamunannya.

“iya, bun… Oik udah bangn kok. Oik mau mandi dulu!!” teriak Oik

“ya sudah, cepetan ya?! Bunda udah nyiapin sarapan tuh” kata bunda

“iya, bunda…” balas Oik yang langsung bergegas menuju kamar mandi.

Setelah selesai mandi dan berpakaian serta sedikit berdandan. Melapiskan sedikit bedak di wajahnya yang putih, lalu menyisir rambutnya dan memakaikansehelai sapu tangan pink yang panjang ke rambutnya yang membentuk sebuah bando. *ngerti kagak??*. Setelah bercermin, Oik pun segera keluar dari kamarnya dan menuju ruang makan.

Oik melihat akhir-akhir ini, bundanya keliatan capek dan lesu. Tapi harus bekerja demi menghidupi dirinya.

“Bunda…” panggil Oik pelan

“Hmm… ada apa, Oik?” Tanya bunda

“bun, sebaiknya bunda istirahat saja di rumah. Biar Oik yang bekerja di toko bunga, Oik bisa kok sendiri. Oik gak mau bunda kecapean.” Ucap Oik sambil menatap bundanya yang semakin tua itu.

“bunda masih kuat kok, sayang. Lagian kalo kamu yang ngurusin toko bunga sendirian, nanti kamu juga yang kewalahan” kataa bunda berusaha meyakinkan anak gadisnya yang satu ini

“tapi bunda…”

“udah gak ada tapi-tapian. Lebih baik kamu habiskan dulu sarapanmu itu. Ya udah, bunda duluan ya?” potong bunda sambil berabjak dari kursinya dan melangkah keluar.

-----bersambung-----

Tidak ada komentar:

Posting Komentar