Selasa, 12 Juli 2011

PACARKU ADIK KELASKU (cerpen)

Pagi yang cerah itu. Sesampainya di kelas, Oik masih di buat bingung dengan sikap sahabat-sahabatnya itu. Sahabat-sahabatnya itu selalu menatap ke arah kelas 10-2. seakan-akan berharap ada seorang pangeran yang muncul disana. Setelah meletakkan tas di meja, ia langsung menegur sahabat-sahabatnya itu dan bertanya. Ia penasaran dengan sikap sahabat-sahabatnya itu.



“Hai, Guys!” Sapa Oik ketika berada di antara sahabat-sahabatnya itu.



“Gila…cakep banget sih tuh cowok!” Ucap Sivia tanpa menggubris sapaan Oik tadi



“Iya. Gue gak nyangka sekolah kita kedatangan seorang pangeran.” Ucap sahabatnya yang satunya lagi, tak lain adalah Acha



“Wah…liat deh! Dia tersenyum. Duh, senyumnya bikin gue cenat-cenut.” Kali ini Ify yang berkata.



Sialan! Gue dari tadi disini kagak diladenin. Sapaan gue juga, kagak di bales. Sebenarnya ada insiden apaan sih! Sampe-sampe sahabat sendiri dijadiin kambing congek gini. Batin Oik kesal.



“Woy…emangnya ada apaan sih?” Tanya Oik



Ia jadi tambah kesal ketika sahabat-sahabatnya tidak menghiraukan dia, dan masih terus-terussan menatap ke arah kelas 10-2. Oik sudah hilang kesabaran.



“Sivia…Acha…Ify…kalian liat apaan sih!” Teriak Oik dengan nada emosi,

karena sahabat-sahabatnya dari tadi tidak meladeninya.



“Eh, ada Oik!” Ucap sahabat-sahabatnya kemudian, ketika tersadar. Karena dikagetkan Oik dengan suara yang khasnya itu. Serentak Sivia, Acha, dan Ify menutup telinganya. Suara Oik memang melebihi toa manapun. hehe



“Tadi, aku tanya. Kalian itu sedang lihat apaan sih!” Kini suara Oik kembali melembut.



“Sini,Ik! Gue kasih tau. Sekarang lo liat deh cowok yang sedang berdiri di dekat pintu kelas 10-2 itu.” Sivia memberi tahu Oik dengan semangat 45, sambil menunjuk ke arah cowok yang sedang berdiri di dekat pintu kelas 10-2.



“Memangnya kenapa dengan cowok itu?” Tanya Oik setelah melihat cowok yang ditunjuk sahabatnya itu.



“Aduh, Oik… Oik…! Lo tuh ya, perasaan selalu ketinggalan berita aja deh.” Sambung Acha



“Nih ya gue kasih tau. Cowok itu tuh anak baru disini. Ganteng kan? Udah gitu ya, dia itu ternyata…keponakannya Pak Kepsek!” Kini gentian Ify yang berbicara (?)



“Terus…urusannya sama gue apa? Please…deh! Dia itu adik kelas kita. K E L A S 10. Sedangkan kita K E L A S 11. Masa kalian suka sama adik kelas sih!” Oik mengingatkan sahabat-sahabatnya yang sedang kesambet virus cinta.



“Yaelah, Oik! Kayak gitu aja di permasalahin. Apa salahnya suka sama adik kelas? Gak ada yang ngelarang ini kan? Soal hati mah gak bisa ditebak. Cinta itu buta, Ik! Lo tau kan gosip-gosip sekarang ini. Tentang Raffi Ahmad yang jatuh cinta sama Yuni Shara. Mereka itu kan beda jauh umurnya. Tapi hubungan mereka baik-baik aja kan sampai sekarang. Malah tambah lengket aja. So, gak ada salahnya kan suka sama adik kelas. Lagi pula umur kita gak beda jauh-jauh amat. Cuma beda satu tahun doang!” Sivia sebagai perwakilan sahabat-sahabatnya yang sedang jatuh cinta dengan cowok baru itu, tak mau kalah.



“It’s okay. Up to you lah! Gue gak ngurus!” Ucap Oik kemudian, setelah itu pergi meninggalkan sahabat-sahabatnya yang masih kepincut dengan anak baru yang katanya keponakan Pak Kepsek itu.



***



Anak baru yang baru seminggu menetap di sekolah Oik itu, sudah membuat cewek-cewek di sekolahnya kesambet virus aura cowok baru itu. Cowok yang katanya ganteng, tajir, pintar, dan juga ternya keponakannya Pak Kepsek. Oik sebal plus benci dengan keadaan ini. Setiap ia bersama best friendsnya sedang asyik-asyiknya makan dan ngobrol di kantin, cowok baru itu juga sedang ngobrol bersama teman-temannya. Akibatnya, best friendsnya langsung menghampiri cowok baru itu dan mengajaknya mengobrol. Istilahnya sih…Caper!



Saat ini, Oik sedang sibuk-sibuknya mengurusi persiapan untuk acara di sekolahnya. Tiap tahun, sekolahnya selalu mengadakan pensi. Nah, Oik dipercaya Pak Kepsek untuk membantu keponakannya itu mengurusi persiapan panggung. Siapa lagi kalau bukan cowok baru itu, yang katanya bernama Alvin Jonathan Sindunata. Memang Alvin langsung menjadi stap osis di sekolahnya, walaupun masih berstatus anak baru. Alvin memang selalu dipercaya Pak Kepsek. Bukan karena alvin keponakannya. Tapi, karena di sekolahnya dulu, Alvin aktif di berbagai organisasi sekolah. Dia juga orang yang bertanggung jawab. Mau gak mau Oik nurut saja dengan perintah Pak Kepseknya itu. Dalam hatinya, ia ogah-ogahan membantu Alvin. Tapi saat ini, waktunya gak tepat untuk menolak kepercayaan Pak Kepsek dengan dirinya.



Kenapa hatiku cenat cenut

Tiap ada kamu

Selalu peluhku menetes

Tiap dekat kamu

Kenapa salah tingkah

Tiap kau tatap aku

Selalu diriku malu

Tiap kau puji aku…



Nada dering handphone Oik terus berdering. Oik menekan tombol jawab.



“Halo?” Sahut Oik malas.



“Hai, Kak!” Sapa cowok di seberang sana. “Ni gue Alvin.” Jelas cowok itu, tak lain adalah Alvin.



“Mau apa lo nelpon gue?”



“Gak papa. Cuma mau tau keadaan kakak aja.”



“Memangnya lo pikir gue kenapa, hah?” Tanya Oik ketus.



“Kakak tuh kenapa sih, selalu emosi kalau lagi ngomong sama gue? Emang gue punya salah apa sama kakak?”



“Gara-gara lo tuh, sahabat-sahabat gue selalu ninggalin gue sendirian, tau!” Oik masih berbicara ketus.



“Oh, cuma itu toh! Gue kirain apaan?” Alvin masih tenang menanggapinya.



Oik jadi sebal mendengar jawaban Alvin yang biasa-biasa saja. Karena emosinya mulai meluap lagi, ia langsung mematikan panggilan, dan menonaktifkan handphonenya. Di seberang sana, Alvin di buat bingung dengan sikap Oik tadi.



***



Perlahan-lahan Oik membuka matanya. Kepalanya terasa pusing, sepertinya waktu upacara dia pingsan deh. Karena sebelum berangkat sekolah, ia lupa sarapan pagi.



“Gue dimana?” Ucap Oik ketika menyadari dia sudah terbaring di kasur.



“Lo di UKS, Ik! Udah, lo istirahat aja dulu.” Jawab Ify menenangkan Oik



“Kok gue bisa ada disini sih?” Tanya Oik lagi.



“Tadi itu lo pingsan waktu upacara. Untung ada Alvin yang sedang tugas jadi PMR. So, dia deh yang gotong lo kesini.” Jelas Sivia sambil memakan silverqueen.



“Hah? Apa tadi yang lo bilang barusan, Vi? Alvin yang gotong gue?” Oik kaget bukan main. Ia tidak menyangka Alvin baik banget dengan dirinya, padahal dia selalu ketus dan jahat dengan Alvin.



“Iya. Yang nolong lo tuh Alvin. Asal lo tau ya Alvin tuh kelihatan panik banget tau, ketika lo itu pingsan. Dia juga dari tadi yang nungguin lo!” Jelas Acha.



“Sekarang dia kemana?” Tanya Oik yang langsung bangun, tapi dicegah sahabat-sahabatnya.



“Dia lagi beli roti di kantin. Katanya sih buat lo. Tadinya kita mau kasih uang buat beli roti untuk lo. Tapi dia tolak. Katanya pakai uang dia aja. Gila… lo beruntung banget ada yang perhatian! Dan yang mengangetkan lagi, ternyata cowok baru ganteng itu yang perhatian sama lo!” Jawab Sivia menggebu-gebu.



Oik terdiam. Ia menyesal dengan sikapnya selama ini terhadap Alvin. Ternyata Alvin sangat baik dengan dirinya. Tidak lama kemudian, Alvin datang membawa lima bungkus roti dan aqua botol, lalu memberikannya pada Oik



“Ternyata lo udah sadar, Kak! Kalau begitu lo makan ini dulu nih! Biar tubuh lo berenergi lagi.” Ucap Alvin sambil mengelus rambut Oik



Sivia, acha dan Ify melongo melihat insiden ini. Sedangkan Oik, ia jadi salting. Tiba-tiba saja ia merasa nyaman di dekat Alvin. Ada desiran halus yang datang di hatinya.

***

“Gimana keadaan lo, Kak? Udah gak pusing atau sakit lagi?” Tanya Alvin, ketika sedang berbicara dengan Oik di telepon.



“Udah baikan kok, Vin! Oh ya, kenapa sih lo tadi nolongin gue? Gue kan selalu jahat sama lo.”



“Lo mau tau jawaban gue? Kalau begitu gue akan jawab pertanyaan lo dengan menyanyi. Lo dengar

baik-baik ya.”



“Hah? Nyanyi? Mmm…it’s okay. Silakan saja!” Oik mempersilakan Alvin untuk bernyanyi.



Aku jatuh cinta

Kepada dirimu

Sungguh-sungguh cinta

Ku apa adanya…

Tak pernah ku ragu

Namun tetap selalu menunggu

Sungguh aku

Jatuh cinta kepadamu…



Oik kaget bukan kepalang mendengar lagu yang di senandungkan Alvin. Tanpa sengaja Alvin menyatakan cinta padanya. Oik terharu dengan keberanian Alvin.



“Kak…lo udah tau kan sekarang. Gue itu sebenarnya suka sama lo. Gue cinta sama lo, Kak! Lo mau gak jadi pacar gue!” Ucap Alvin yang terdengar bersungguh-sungguh.



“Jujur, Vin! Hari-hari ini juga gue sebenarnya bingung setiap lo di dekat gue. Gue merasa nyaman di dekat lo. Tapi, jujur gue gak bisa berbohong lagi kalau gue nyaman di dekat lo!” Terang Oik seterang lampu yang ada di kamar author *plak



“So, jawaban lo apa, Kak? Lo mau gak jadi pacar gue?”



“Mmm… gimana ya?” Oik pura-pura menggantungkan kata-katanya. “Iya, deh! Gue mau jadi pacar lo, Vin!” Jawab Oik yakin dan bersungguh-sungguh, yang membuat Alvin bahagia dengan bunga-bunga cinta yang sedang ia rasakan.



“Oke, thanks atas jawabannya. Kalau begitu, besok lo pulang bareng gue ya! Gue tunggu lo di gerbang sekolah!” Alvin langsung mematikan telepon, tanpa mempersilakan Oik berbicara. Tapi kali ini, ia gak marah sama sekali. Karena dia sangat bahagia saat ini.



***



"Ik? Ada Alvin tuh! Kayaknya dia mau nyamperin lo deh!" kata Acha sambil menyenggol lengan Oik

Saat itu Oik, Sivia, Acha dan Ify sedang berjalan menuju gerbang sekolah untuk pulang.



"Oh, iya. Ternyata dia beneran mau nganterin gue pulang." Oik mulai ingat, kalau dia mau pulang bareng Alvin.



"Hah? Apa lo bilang? Alvin ngan…nganterin lo pulang?" Acha kaget bukan main.

"Iya sayang! Sekarang, gue sama Alvin tuh pacaran. Kita udah jadian. Tadi malam dia nembak gue." Terang Oik sambil tersenyum



"Serius?" Tanya Sivia, Acha dan Ify bersamaan. Mereka terkaget-kaget mendengar pengakuan Oik, yang notabenenya Cewek susah jatuh cinta



Oik mengangguk mantap. "Ternyata benar juga kata lo, Vi! Cinta itu buta. Tidak memandang apapun. Kayaknya gue kena karma deh, gara-gara menyepelekan adik kelas."



"Hahaha. Bisa aja lo, Ik! Gue senang banget lho lo bisa jadian sama Alvin. Sama-sama cocok. Yang satu cantik, yang satunya lagi ganteng." Ucap Ify menggoda. Sivia dan Acha hanya tertawa



"Ah… lo bisa aja, Fy! Oh, ya. Gue duluan ya. Gue mau pulang bareng Alvin. Thanks berat ya, karena kalian dah dukung gue jadian sama Alvin." Oik tersenyum dan berlari menghampiri Alvin yang sedang berjalan ke arahnya.



"Jangan lupa Pjnya ya!" Teriak sahabat-sahabatnya bercanda. Oik dan Alvin hanya tersenyum.



"Lama banget sih, Kak!" Ucap Alvin ketika Oik menghampirinya.



"Aduh, Alvin! Masa lo masih manggil gue, kakak sih! Ingat dong, gue sekarang sudah jadi pacar lo! Gimana sih." Oik pura-pura ngambek.



"Oh, iya deh! Yuk sayang, gue anterin pulang." Ucap Alvin sambil tersenyum manis pada Oik. Ia pun menggandeng tangan Oik

Wajah Oik menjadi merah jambu, karena ucapan pacar barunya itu.



-tamat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar