Selasa, 12 Juli 2011

Bintang Untukmu (cerpen)

***

Siang ini aku sebel setengah mati, bagaimana tidak hari ini ada ulangan menulis puisi. Bu Okky guru bahasa yang sudah terkenal killer seantero sekolah, mendadak memberikan kelasku ulangan. Ohya pembaca, pertama perkenalkan namaku Oik Cahya Ramadlani, tapi teman-temanku biasa memanggilku dengan sebutan Oik. Kalian tahu, kenapa aku sangat sebel? Yap, bu Okky mengatur tempat duduk kami secara acak, huftt.. dan lebih parahnya lagi aku kebagian duduk sebangku dengan Cakka! Ya, Cakka itu mantan pacarku.

Sudah hampir satu setengah bulan ini, aku dan Cakka tak pernah saling bertegur sapa atau saling senyum. Semua itu tepatnya setelah kami putus, aku dan Cakka pacaran sejak aku duduk di bangku kelas 3 smp, dan sekarang aku duduk di bangku kelas XI. Ya, selama berpacaran dengannya aku merasa nyaman di sisinya. Pernah waktu itu Cakka bilang bahwa aku adalah first love nya.



>>>FLASHBACK



Siang itu, saat jam pulang sekolah…



“Hai, ik. Pulang bareng yuk” ajak Cakka padaku, saat itu kami berdua masih di dalam kelas.

“Maaf, Kka.. aku mau kerja kelompok dulu sama Sivia dan lainnya. Hmm..gak papa kan?” ucapku berbohong, padahal aku ada janji untuk menemani Alvin mencari buku. Alvin itu memang sahabatku, aku gak enak hati menolaknya, karena Alvin itu selalu baik terhadapanku.

Ku lihat Cakka hanya tersenyum, “Oh, ya sudah, nanti abis kerja kelompok mau aku jemput?” kata Cakka

“Tak usah, Kka.. nanti aku telepon supirku aja. Lagipula, ntar sore kamu ada latihan basket kan?” tanyaku pada Cakka

“Iya deh.. aku pulang duluan ya, sayang… bye” pamit Cakka sambil mengacak pelan rambutku.

Aku menghela napas, “maaf ya, kka.. bukannya aku berbohong padamu” batinku,



SKIP

Sehabis menemani Alvin mencari buku yang ia cari, Alvin mengajakku makan siang dulu. Tadinya aku sudah menolak tawarannya, tapi Alvin terus saja memintaku buat menemaninya makan, ya apa boleh buat.

Jadilah kami berdua memasuki restaurant Jepang dan memesan makan. Saat aku sedang makan bersama Alvin, tidak tau darimana tiba-tiba Cakka udah ada dihadapanku dengan muka yang garang. *plakk



“Jadi ini yang kamu bilang kerja kelompok, Ik? Hah?” Tanya Cakka dengan emosi dan suara yang agak membentakku.

“Cakka ini gak seperti yang kamu kira, aku sama Alvin Cuma…” jawabku yang berusaha meyakinkan Cakka.

“Ah sudahlah.. aku kecewa sama kamu, Ik! Mulai sekarang kita putus!” ucap Cakka marah sambil berlalu pergi

“Cakka dengerin penjelasan aku dulu!!” teriakku, baru saja aku hendak mengejarnya, tanganku di tahan oleh Alvin.

“Udah, Ik. Percuma kamu kejar Cakka, Cakka lagi emosi” ujar Alvin yang menenangiku.

“Tapi, Vin…” mataku sudah berkaca-kaca, aku shock mendengar kata PUTUS dari mulut Cakka.



>>>FLASHBACK END



“20 menit lagi!” seru Bu Okky, yang membuat acara lamunanku buyar(?)



Hah? 20 menit lagi? Gawat, kertasku masih kosong! Huwaa..aku binggung ingin menulis puisi apa, tema saja aku belum dapat. Setelah di pikirkan, akhirnya otakku jalan juga :D. kutulis judul di atas kertasku “Omoni”, huftt…akhirnya selesai juga.



“Menurutmu puisiku bagus tidak?” ujar Cakka yang sukses mengagetkanku. Ini pertama kalinya Cakka mengajakku bicara setelah 1 setengah bulan yang lalu.

“Ik..Oik.. kamu gak kenapa-kenapa kan? Kok diem?” kata Cakka sekali lagi,

“Eh..ng..apa? tadi kamu bilang apa?” tanyaku yang agak kikuk

“Tadi aku nanya, puisiku bagus tidak?” Cakka mengulang pertanyaannya lagi.



Lalu ku ambil kertasnya, dan kubaca puisi itu yang berjudul ‘mengapa malam selalu tanpa bintang’. Ya, agak aneh juga sih judulnya, tapi “Sepertinya bagus kok” kataku sambil menyunggingkan senyuman pahitku, jujur saja aku masih agak canggung berbicara padanya.



(Malam harinya, di kamar Oik)



Malam ini, aku lagi terbaring di tempat tidurku sambil membaca novel yang belum sempat kubaca. Tiba-tiba ponselku bergetar, tanda ada pesan yang masuk. Tumben ada yang sms malem-malem begini, gumamku yang lalu membacanya.

From : Mr. Cakka

Malam ini langit kosong ya? Kemana perginya bintang itu?



Ternyata itu pesan dari Cakka, ngapain tuh anak sms, huftt..isi smsnya gak penting. Hei, tapi pesannya itu membuatku penasaran juga, lalu aku bangkit menuju jendela dan membukanya. Benar saja, langit malam ini aku tak melihat satupun bintang di sana. Hanya bulan tak sempurna yang menempati langit itu.

Ponselku kembali bergetar. Nama Cakka langsung terpampang di layar ponselku, Cakka meneleponku! Ini pertama kalinya juga Cakka baru meneleponku.

Angkat..Tidak...Angkat..Tidak..Angkat..err!



“Halo” aku berusaha untuk menjaga suaraku agar tetap datar, padahal sih grogi

“Kamu udah ngeliat bintangnya belom?” sahutnya dari sebrang telepon

Hee? Tau darimana dia kalo baru saja aku abis melihat bintang?

“Apaan sih maksudmu? Nggak penting banget nanyain itu sama aku” jawabku agak ketus.

“Makanya coba kamu pastiin” pintanya lembut

“Eerr.. kamu itu gila atau apa? Tadi tuh baru turun hujan, jadi bintangnya juga lagi bobo!” jawabku ngasal, eh.. emang tadi baru saja turun hujan loh.

"aku mohon sekali ini saja," kata Cakka lagi

"oke aku keluar rumah sekarang, sekalian deh, aku bawa' teleskop buat ngeliat tu bintang!" dungusku



Tutt..tutt..tutt… Setelah ngomong itu Cakka memutuskan hubungan teleponya.

Dasar Cakka!!

aku berjalan gontai menuju lantai bawah, ,

"apaan sih tu anak, udah gila kali yaa" batinku,



setibanya diteras rumah yang kudapati bukanlah bintang maupun pelangi melainkan sosok laki-laki yang tidak asing lagi bagiku,laki-laki yang menjadi first love ku, laki-laki yang mempunyai senyuman paling sempurna menurutku, , ya siapa lagi kalau bukan Cakka



"akhirnya kamu keluar juga, Ik. aku nungguin kamu sudah hampir 1 jam tau" ucap Cakka dengan senyumannya



"Ya lagian siapa yang suruh kamu nunggu disini ha?" dungusku, gak tau deh kenapa aku tiba-tiba seperti ini. Padahal, aku rindu dia.



"udah liat bintangnya?" katanya, tanpa menggubris pertanyaan ku tadi ,



"kamu gila ya?, liat sendiri deh, apa ada bintang di malam yang hujan begini?" ucapku



"kamu tidak mengerti maksudku ya, Ik?" tanyanya lagi.



"ya, aku tau kau tidak mengerti kan, Ik?, maksudku adalah, KAMU adalah bintangku, aku ingin melihatmu disaat langit tidak dihiasi bintang, aku juga ingin kau menganggapku sebagai bintangmu, karena saat langit sepi tanpa bintang, kita bisa mengisi kekosongan satu sama lain , kamu mau kan menjadi pacarku lagi" ucapnya panjang lebar



aku terhenyak dengan ucapannya barusan, apa ini mimpi. Cakka ingin aku menjadi pacarnya lagi? apakah ini benar, aku bingung dengan yang kurasakan sekarang!



“Tap..tapi..kan..”



“Ya, aku memang egois waktu itu, Ik. Dan Alvin sudah menjelaskan semua kepadaku” potong Cakka yang tau maksud ucapanku seraya mengguncang-guncangkan tubuhku

Kemudian Cakka meregoh saku celana jeansnya, mengambil sesuatu.



"ambil ini jika kamu mau menjadi pacarku kembali, tapi kalau kamu tidak mau, silahkan buang, atau kamu pergi saja dari sini tanpa mempedulikanku" katanya seraya menjulurkan tangannya dihadapanku, dan menunjukkan aku kalung berbentuk bintang,



" Jujur, di dalam hatiku yang paling dalam aku masih mencintainya, tapi. . . ." batinku



"Oik Chan?" panggilnya membuyarkan lamunanku



"Ah, ya?!" kataku gelagapan



"kamu harus memberiku kesepakatan yang ke dua, Ik." Kata Cakka menatap mataku. Huhh..aku bisa melihat kesungguhan dari kedua matanya itu.



"Aku….”



"Aku? apa?" sahut Cakka tak sabaran



Aku menghela napas panjang, dan….

"Ya, aku mau jadi pacarmu lagi" jawabku tersenyum seraya mengambil kalung itu



Cakka terkejut dengan ucapanku tadi, “Hah? Yang benar?”



" ya sudah kalau tidak percaya, nih aku kembalikan kalungnya" kataku sambil mengembungkan pipiku



"jangan ngambek dong, Ik. sini aku pakaikan kalungnya" kata Cakka lalu memakaikan kalung itu dileherku. Aku hanya tersenyum senang, dan bisa dipastikan kalau sekarang wajahku merah!



"kamu pantas memakainya" Setelah memasangkannya, Cakka kembali memandangku. Aaa… wajahku semakin merah merona nih!



Aku hanya tersenyum.



Tiba-tiba dengan sekali gerakkan tangannya, dia memegang bahuku dan mendekapku didalam pelukannya.



"Oik Chan, aku sangat mencintaimu” bisik Cakka lembut tepat ditelingaku



“Aku juga mencintaimu, Kka..” balasku yang kemudian membenamkan kepalaku di dadanya



Malam itu menjadi malam yang mengesankan bagiku





-tamat-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar