Selasa, 12 Juli 2011

Cinta Monyet (Cerpen)





“Lho...lho...lho... kok anak mamah yang cantik, pulang sekolah murung begitu ! Biasanya selalu ceria. Terus, tumben kamu nggak bareng adit pulangnya, sayang ! Biasanya setiap berangkat dan pulang sekolah kamu selalu bareng Cakka. Kalian lagi berantem ya?” Komentar Mama Uci yang tak lain mamahnya Oik Cahya dengan banyak pertanyaan.

Oik tak memungkiri perkataan mamahnya. Ia diam seribu bahasa. Tapi, pikirannya selalu teringat kejadian waktu pulang sekolah. Ia juga selalu terngiang-ngiang perkataan Shilla, seseorang yang sangat membencinya. *just story*

“ Eh Oik...! Cakka itu hanya untuk Aku dan hanya milik Aku. Lihat aja nanti waktu perpisahan Cakka bakalan ninggalin kamu, dan kalaupun kembali, Cakka hanya ingin bertemu Aku. Bukan kamu, anak manja!” Shilla berkata ketus dan kasar.
Perkataan itu yang selalu menghantui Oik. Oik tidak mau ditinggal Cakka, karena dirinya dengan Cakka sudah merajut tali cinta, walaupun sepasang anak sekolah dasar.

“Oik…Oik...! kamu dengar mamah, kan...?Oik..!” Mama Uci membuyarkan ingatanya.

“I...iya, mah !” ucap Oik gugup.

“ Kamu tidak mendengar perkataan mamah ya? Ya sudah. Sekarang kamu cepat ganti pakaian. Terus makan siang ya. Mamah masak soto ayam, makanan favoritmu, nih! Mamah tunggu di meja makan ya Nak !”

***

Langit malam yang menawan,Oik menghampiri ayah dan mamahnya yang sedang berbincang-bincang. Setelah Oik duduk bersama ayah dan mamahnya ia mulai dengan kejujuranya, kalau ia suka dengan Cakka. Ia juga jujur kalau ia sama Cakka sedang merajut cinta. Mamah dan ayahnya yang mendengar pengakuan Oik, anaknya tertawa geli. Lalu mamahnya bekata dengan ayahnya setengah berbisik.

“Anak kita itu merasakan jatuh cinta, Yah ! Tapi cintanya itu, cinta monyet. Cinta sepasang anak kecil, Yah !”
Pak Duta hanya manggut-manggut, lalu tersenyum geli.

“ Cintamu itu, namanya cinta monyet, sayang !” Ujar pak Duta, ayahnya Oik

“Cinta monyet itu apa, Yah?” Tanya Oik polos

“ Cinta monyet itu adalah ungkapan sebuah cinta yang tidak serius. Cintanya anak-anak kecil, seperti kamu dan Cakka itu. Bukan cintanya orang dewasa yang sungguh-sungguhan, sayang! Kalau mamah dan Ayah setuju saja, kamu dan Cakka seperti itu. Karena wajar. Anak seumuran kamu itu, pasti akan merasakan suka terhadap lawan jenis. Seperti kamu dan Cakka itu. Cintanya adalah cinta monyet, cinta yang tidak serius.” Jelas Mamahnya.

“ Betul itu penjelasan mamah kamu, Sayang! Yang kamu rasakan adalah cinta monyet” Ujar Ayahnya.

Mama Uci dan Pak Duta tertawa geli karena anaknya. Oik yang mendengar pendapat mamah dan ayahnya hanya nyengir kecut, lalu bergegas masuk kamar. Ia tidak terima pendapat mamah dan Ayahnya, karena cintanya itu adalah cinta monyet.

***

Seperti dengan Oik, anak laki-laki yang menjadi rebutan teman-teman perempuannya pun jujur. Cakka jujur dengan ayah dan mamahnya, kalau ia telah merajut tali cinta dengan Oik. Ayahnya, yaitu Pak Joe tertawa terbahak-bahak karena melihat betapa jujur anaknya. Lalu mamahnya memberi tahu, kalau cintanya itu adalah cinta monyet.

“ Cinta monyet itu apa, Mah?” Tanya Cakka dengan wajah serius. Mamahnya mau menjawab, tapi

ayah nya sudah duluan angkat bicara, dengan nada bercanda.

“ Menurut sepengetahuan Ayah, cinta monyet itu, cintanya anak kecil. Monyet itu kan kecil, kalau besar jadi nya kingkong deh, Hehehe.”

“Ayah ini bisa saja bercandanya. Cakka , cinta monyet itu hanya sebuah ungkapan bagi anak kecil yang sudah merasakan jatuh cinta. Mamah juga pernah waktu kecil suka sama teman, seperti kamu itu. Malahan, orang tua mamah bilang, kalau itu cinta monyet, kalau kamu suka dengan Oik, mamah dan ayah setuju saja. Karena wajar. Anak seumuran kamu dan Oik itu, pasti akan merasakan jatuh cinta. Tapi, cinta anak yang masih sekolah dasar seperti kamu dan Oik, dinamakan cinta monyet.” Jelas mamahnya sambil nyengir kuda.

Cakka yang mendengar ucapan mamah dan ayahnya, hanya senyum kecut.

***

“Selamat tinggal Oik, Acha, Ozy! Kalian semua selamanya tak akan ku lupa dan tetap selalu di hati. Aku tidak akan pernah melupakan kalian semua.” Gumam Cakka dalam hati.

Cakka dan orang tuanya, lalu menuju tempat keberangkatan pesawat. Mereka melambaikan tangan perpisahan kepada Oik, Mama Uci, Pak Duta, Acha dan Ozy. Tak lama kemudian, bayang-bayang Cakka dan keluaraganya sudah tidak terlihat lagi di pelupuk mata.

***

Bulan berganti Bulan, tahun pun menutup tahun. Kini sudah masuk tahun ke delapan sejak kelulusan Oik dari sekolah dasarnya. Oik sudah bukan anak kecil lagi. Dia sudah tumbuh menjadi sosok remaja, ia telah menjelma menjadi bidadari yng menjadi idaman para pujangga. Ia tumbuh menjadi gadis yang cantik jelita dan cerdas. Di kampus, Oik berjalan bersama Acha menuju kantin sambil membawa lima buku. Disaaat berjalan, tiba-tiba...

Brukk....

Oik menabrak seorang pemuda, ia terjatuh pemuda yang menabrak nya pun terjatuh. Juga lima buku yang di bawa Oik pun terjatuh.

“Aduh.....” Oik merintih kesakitan, karena kakinya keseleo. Pemuda itu membantu mengambil buku Oik yang jatuh, lalu memberikannya pada Oik

“Maaf ya..,aku nggak sengaja.” Ucap pemuda itu, yang tak lain adalah Cakka Nuraga
Acha mengamati wajah pemuda yang menabrak Oik, yang tak lain adalah Cakka, ia merasa tak asing dengan wajah pemuda itu, dan dia baru melihat ketampanan yang tidak pernah dimiliki oleh pemuda di kampusnya itu.

“Honeeey...!” Sapa Ozy pada Acha, Acha tersenyum mesra pada Ozy.

“ Lho...! Kok manggilnya honeey sih...! Kayak panggilan untuk pacar saja dech!”
Ucap Oik heran. Ia perlahan-lahan berdiri, dibantu dengan Acha. Ia masih tidak sadar kalau didepannya adalah Cakka, cinta monyetnya waktu sekolah dasar.

Ozy yang tau keheranan Oik, langsung mengajak Oik, Acha dan Cakka ke kantin. Ia ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Acha.

***
Oik hatinya berbunga-bunga, mendengar perkataan Acha dan Ozy. Wajahnya
berseri-seri, karena bahagia sahabatnya telah menjalin cinta. Walaupun dirinya belum mempunyai kekasih hati, karena ia masih mencintai cinta monyetnya waktu sekolah dasar, yaitu Cakka.

“ Oh ya, pemuda yang didepan kamu itu adalah Cakka, Ik! Cakka teman kita waktu sekolah dasar, Cakka yang tinggal disamping rumahmu itu, Cakka pindah dari negara Singapura, dia telah menepati janji yang ia ucapkan waktu ia mau kembali ke Singapura,Oik!” Papar Ozy menggebu-gebu (?). Acha kaget, tapi ia langsung akrab dan berbicara dengan Cakka. Mata Oik tertuju pada Cakka, ia tidak menyangka cinta monyetnya, sudah ada di pelupuk matanya.

“ Wah... surprise...kita bisa bertemu di sini. Selamat datang kembali di Indonesia, Kka!” Ucap Oik sekenany. Cakka tersenyum.

***

Seminggu kemudian,
Bunga-bunga bermekaran di taman. Bunga-bunga itu terkalahkan keindahanya oleh keindahan yang Oik alami disaat-saat bersama Cakka. Oik duduk dibawah pohon bersama sahabatnya, yaitu Oik di taman kampus sambil berbincang-bincang.

Tiba-tiba...

“Plak !”

“Auw! Apa-apaan sih loe,Shill! pakai nampar muka gue segala!” Oik marah-marah.

“Itu balasan, karena loe sudah ngerebut Cakka dari gue.” Ucap Shilla sinis.

“Plak!”

“Auw!Acha....kok lo nampar gue sih!” Shilla marah-marah pada Oik.

“Itu balasan untuk orang yang sudah kurang ajar dan berani nampar sahabat gue! Dengar...ya, Shilla! Mau Oik ngerebut Cakka kek, mau Cakka pacaran atau suka sama Cakka kek, Itu urusan dia! Kenapa lo pake ikut campur segala? Oh...gue tau, loe cemburu ya sama Oik, gara-gara Oik lebih akrab sama Cakka dari pada sama loe ! Kasian banget sih, loe!” Ucap Acha ketus dan menyindir.
Shilla dan Acha malah bertengkar, mereka saling adu mulut. Akhirnya Oik bisa berbicara pada mereka, walaupun mulut mereka sambil beradu.

“Baiklah... kalau kalian mau bertengkar, bertengkar aja!” Oik pergi meninggalkan sahabatnya, yaitu Acha serta seorang yang membencinya yaitu Shilla.

***

“Udah lah, Kka! Lo gak usah nganterin gue. Gue bisa ke restoran Ayah sendiri kok!” Oik tetap pada pendiriannya sendiri. Cakka tetap memaksa, agar Oik bersedia di antarkannya ke restoran milik Ayah Oik.

“Tapi, Ik!” Ucap Cakka. Oik tersenyum, dan berjalan untuk menyebrang. Disaat Oik menyeberang, tiba-tiba ada mobil seperti ingin menabrak Oik. Oik tidak mengetahui kalau ada mobil ingin menabraknya. Cakka yang melihat mobil ingin menabrak Oik, langsung cepat-cepat berlari menolong Oik.

‘’Ah...!!” Teriak Cakka merintih kesakitan ternyata yang mengemudi mobil itu adalah Shilla. Shilla sebenarnya ingin menabrak Oik. Tapi, tiba-tiba Cakka malah menolong Oik. Rencananya yang ingin menabrak Oik pun kacau balau, Ia merasa bersalah, karena telah menabrak Cakka. Pemuda yang selama ini ia cintai. Tapi, karena terdesak Shilla pun kabur tidak bertanggung jawab. Ia tidak ingin membayangkan kalau dirinya akan masuk penjara karena kasus pembunuhan. Ozy sempat mengetahui yang menabrak Cakka adalah Shilla. Ia pun sempat menulis plat mobil yang menabrak sahabatnya itu untuk jadi bukti.

“Cakka!!!” Teriak Oiik, Acha, Ozy secara bersamaan lalu mendekati Cakka yang berlumuran darah karena terluka. Cakka pun pingsan.

“Mendingan sekarang kita bawa Cakka ke rumah sakit menaiki mobil Cakka biar Ozy yang mengemudi, Oke ! ” Usul Acha

Oik dan Ozy mengangguk setuju, mereka bertiga membawa Cakka ke rumah sakit. Tak lupa Oik menghubungi orang tuanya dan orang tua Cakka untuk melihat kondisi Cakka.

***

Di dalam ruangan, Mama dan Papa Cakka langsung memeluk Cakka yang terbaring lemah. Oik sebenarnya merasa bersalah, karena gara-gara dirinya, Cakka seperti ini. Tiba-tiba, Cakka pelan-pelan membuka matanya dan mulai berbicara walaupun dengan terbata-bata.

“ Oi..Oik ! “ Ucap Cakka pelan menyebut nama Oik. Semua yang menyaksikan sempat tersentak kaget. Begitupun dengan Oik, Ia kaget setengah mati.

“ Gue ada di sini, kka! “ Jawab Oik menguasai keadaan.

“ Elo .... ngga ..a....apa....a....pa....kan? “

“ Gue tidak kenapa-napa kok, Kka! Gue ingin berterima kasih, karena loe udah mengorbankan nyawa loe untuk menolong gue. “ Ucap Oik dengan senyum mengembang.
Cakka tersenyum.

Tak lupa Mama dan Papa Oik mengucapkan terima kasih yang demikian tulus kepada Cakka, karena telah menolong anaknya. Lalu Ozy sempat memperlihatkan plat nomor mobil yang menabrak Cakka ke semua yang ada diruangan itu. Ozy pun ingin memberi tahu kalau yang menabrak adalah Shilla. Namun sebelum ia berbicara, tiba-tiba Shilla datang dengan sandiwara yang ia buat-buat. Ozy yang melihat Shilla datang menjenguk Cakka, langsung berbicara jujur kalau Shilla lah yang menabrak Cakka.

“ Dialah yang menabrak loe, Kka! “ Ucap Ozy sambil menunjuk Shilla. Mereka semua yang ada di dalam ruangan tersentak kaget dan tidak menyangka, kalau Shilla melakukan hal yang seperti itu. Shilla pun menjadi kikuk dan bingung harus bagaimana agar dia dianggap tidak bersalah. Kedua orang tua Cakka dan Oik, serta Acha memperlihatkan amarahnya terhadap Shilla. Ozy pun berbicara kalau sebenarnya Shilla ingin menabrak Oik. Dan usahanya pun gagal, karena Cakka menolong Oik.

“ Kamu keterlaluan, Shill! Tega-teganya loe melakukan semua ini sama gue dan Oik . Loe sungguh keterlaluan ! Sekarang juga, loe pergi dari sini. Gue muak melihat tampang loe ! Pergi !!! “ Hardik Cakka dengan emosi yang meluap.

“ Ta...tapi, gue...gu...e....” Shilla gugup.

“Gue bilang, pergi ya pergi ! “ Jerit Cakka

Shilla tak bisa membela diri. Ia pun pergi dengan isak tangis yang memilukan. Karena, merasa bersalah.

***

Kerlap kerlip berjuta bintang gemintang bertaburan di langit yang mempesona. Rembulan tersenyum memberi cahaya cinta untuk Cakka dan Oik. Akhirnya shilla telah meminta maaf atas kesalahan yang ia perbuat terhadap Cakka dan Oik. Ia berjanji tidak akan mengganggu Oik juga Cakka
Seminggu telah berlalu. Cakka telah sehat dari kecelakaan yang menimpanya. Malam ini adalah malam cinta bagi Cakka. Saat ini baginya adalah waktu yang tepat bagi dirinya untuk menyatakan perasaannya terhadap Oik. Cakka memulai dengan meraih kedua tangan Oik. *uhuyy…prikitiww*

“ Oik....” Cakka sudah memegang tangan Oik“ Sebenarnya Gue...gue...”

“ Gue apa, Kka? “Oik memotong pembicaraan, dengan menaikkan satu alisnya

“ Sebenarnya gue...gu...e...suka sama loe, Oik Cahya Ramadlani! Semenjak pertama kita bertemu, gue sudah jatuh cinta sama loe. Loe mau nggak jadi pacar gue ?” Ucap Cakka setelah menghimpun(?) keberanian.

Tanpa diketahui Cakka dan Oik. Ternyata Kedua orang tua Cakka dan Oik, Ozy dan Acha mengintip dari balik jendela. Mereka berharap Oik menerima cinta Cakka. Mereka sempat kecewa karena Oik ketika melepas kedua tangannya dari pegangan Cakka. Begitu pun dengan Cakka, ia takut Oik tidak menerima cintanya. Tak berapa lama, ketakutan hilang sirna. Betapa bahagianya Cakka, ketika Oik memegang kedua tangan Cakka dan berbicara....

“ Kka...gue juga cinta sama loe ! Gue mau jadi pacar loe ! Telah lama aku menanti cintamu.

Dan sekarang telah menjadi kenyataan harapanku ini.” Ucap Oik percaya diri. Ia yaikin bahwa dengan mencintai dan menjadi pacar Cakka itu adalah hal yang terbaik baginya. Mereka –yang berada dibalik jendela- bersorak-sorak gembira dan bahagia. Mereka kagum dengan Cakka yang berani menyatakan cintanya pada Oik. Cakka dan Oik yang mengetahui orang tuanya dan temannya yaitu Acha dan Oik bersorak bahagia dan mengetahui mereka merajut cinta, hanya tersenyum. Wajah mereka memerah karena malu. Akhirnya CaIk berpelukan dengan cahaya cinta yang mereka miliki. Papa Oik dengan nada canda bertanya pada CaIk.

“ Wah....cinta monyet lagi yah?”

“ Itu kan dulu, Yah ! Tapi yang sekarang adalah cinta yang sesungguhnya !” Jawab Oik sekenanya.

Mereka semua tertawa bahagia. CaIk menjadi ingat sewaktu masa kecilnya. Betapa yakinnya mereka bahwa cintanya itu bukan cinta monyet. Padahal, benar perkataan orang tuanya bahwa cinta anak kecil itu adalah cinta monyet. Ozy dan Acha menyalakan kembang api. Kembang api meluncur ke langit malam, menaburkan warna cinta. Menghibur para insan yang merasakan bunga-bunga cinta.
***

Nah, cerpen ketiga selesai ^^
Cerpen ini idenya patungan sama temen,yang bisa dibilang tetangga kekekek

Tidak ada komentar:

Posting Komentar